Corona virus yang sedang ramai-ramainya menjadi penyakit endemik COVID 19 ternyata tidak hanya menyerang manusia. Famili coronaviridae memiliki berbagai spesies virus turunanya yang dapat menyerang hewan. Misalnya pada unggas khususnya ayam, coronaviridae dapat menyebabkan penyakit Infectious Bronkhitis. Sedangkan pada kucing, famili coronaviridae dari spesies Feline coronavirus (FCoV) dapat menyebabkan penyakit Feline Infectious Peritonitis (FIP). FIP akan dibahas secara dalam dan mendetail dibawah ini.
| sumber : thenativeantigencompany.com |
Etiologi
FIP adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Feline coronavirus (FCoV) yang bermutasi. FCoV termasuk kedalam golongan virus RNA strain +. Virus ini cukup besar, memiliki amplop, berantai tunggal (RNA), dengan genom 27 - 32 kb dan memiliki empat protein struktural (S) untuk spike, M untuk matriks, N untuk nukleokapsid, dan E untuk amplop, serta protein non-essensial. FCoV mampu bertahan dilingkungan kering selama 7 minggu. FCoV ini juga berkaitan erat dengan Canine Corona Virus di anjing.
Transmisi
Penularan FIP terjadi secara oronasal, artinya melalui oral (mulut) dan nasal (hidung). Penyakit FIP cukup sering terjadi pada kucing yang memiliki kepadatan populasi yang cukup tinggi, misalnya pada tempat shelter penampungan kucing, acara petshow, maupun pada individu yang memelihara kucing dalam jumlah yang banyak. Kucing kitten mudah sekali terserang FIP karena sistem imun yang dimilikinya masih sangat rendah dan rentan.
Patogenesa
1. Tahap FCoV belum bermutasi
FCoV yang dapat menyebabakan penyakit FIP adalah FCoV yang sudah bermutasi. Pertama tama, FCoV yang belum bermutasi masuk ke dalam tubuh kucing secara inhalasi atau ingesti. Kemudian FCoV masuk ke dalam tubuh menuju usus tepatnya pada epitel enterosit. Virus FCoV menempel pada reseptor spesifik FCoV serotype I di enzyme aminopeptidase, membentuk ikatan (aminopeptidase-N), yang di temukan di intestinal brush border. Kemudian, virus bereplikasi pada bagian sitoplasma. Pada tahapan ini, FCoV belum mengalami mutasi, dan kerusakan pada epitel usus menyebabkan terjadinya diare. Ketika FCoV masuk ke dalam tubuh, maka sistem imun tubuh akan merespon dengan T cell-mediated.
2, Tahap FCoV sudah bermutasi
Ketika terjadi penurunan jumlah virus, virus yang masih bertahan, kemudian melakukan mutasi di bagian permukaan virus, yitu pada genom 3C dan 7B. Kemudian, virus yang sudah bermutasi ini terfagositasi oleh makrofag, dan mampu menempel pada bagian ribosom makrofag. Didalam makrofag, virus yang sudah bermutasi memiliki kemampuan baru untuk melakukan replikasi. Hal ini menyebakan virus menjadi lebih virulent. Banyak faktor yang meningkatkan terjadinya mutasi seperti umur, ras, status imun, stress, obat-obatan kortikosteroid, dsb.
Setelah terjadinya mutasi, kira-kira 14 hari virus menyebar bersama makrofag keseluruh tubuh, termasuk sekum, kolon, intestinal lymp nodes, limpa, liver, dan sistem saraf pusat. Virus ini dapat masuk ke dalam jaringan dan terjadilah perlawanan yang hebat antara antigen virus, antibody, komplemen, makrofag, dan neutrofil sehingga terbentuklah lesi granulomatous. Lesi ini umumnya ditemukan di peritoneum, ginjal, uvea, dan semua bagian yang umumnya memiliki tekanan darah yang tinggi. Lesi granulomatous ini tentunya akan mengganggu kerja organ yang diserangnya.
Interaksi antigen-antibodi yang menyertakan komplemen untuk merelease vasoactive amin ini, menyebabkan retraksi endothelial cell dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Sel endotel vaskular yang beretraksi menyebabkan plasma protein rembes keluar dari pembuluh darah. Selain itu, vasculitis yang terjadi menyebabkan terjadinya DIC (dissaminated intravaskular coagulation).
Gejala Klinis
1. FIP Tipe basah
Tipe basah atau effusive memiliki ciri yaitu adanya efusi/ carian yang menumpuk dibagian thorax dan abdominal (ascites), dan menyebabkan terjadinya peritonitis, pleuritis, maupun perikarditis. Gejala lain yang terjadi adalah vasculitis atau peradangan pada pembuluh darah. Pada kasus yang sangat parah, dapat ditemukan adanya DIC yang muncul dengan gejala bintik bintik merah kehitaman di seluruh tubuh kucing. Gejala klinis lain yang nonspesifik adalah demam, anorexia, turun nya berat badan secara drastis dan cenderung murung. Kucing juga dapat mengalami sesak napas/ dyspnea karena adanya efusi di bagian thorax. Sesak nafas ditandai dengan kucing yang selalu membuka mulutnya dan mejulurkan kepalanya. Efusi atau penumpukan cairan yang terjadi di rongga abdomen, dapat dilihat dengan melihat perut kucing yang nampak membesar seolah-olah bunting. Cyanotis pada membran mukosa juga sering kali ditemukan. Ikterus juga sering ditemukan pada infeksi yang berat. Gejala lain yang muncul adalah seroritis, atau peradangan pada tunika vaginalis testis dan menyebebkan pembesaran pada bagian scrotum.
![]() |
| vetcpd.co.uk |
![]() |
| Ascites yang terjadi pada FIP tipe basah (Katrin, 2005) |
![]() |
| Uveitis yang terjadi pada FIP tipe basah (Katrin, 2005) |
2. FIP Tipe kering
Pada tipe kering atau non effusive dicirikan dengan terjadinya lesio granulomatous di organ. Gelaja pada tipe kering sulit untuk didiagnosa, namun lesio granulomatous ini sering terjadi dibagian abdominal. Gejala lain yang ditemukan seperti renomegali, dyspnoe, uveitis. Gejala syaraf juga dapat ditemui 10% dari kasus yang ditemukan. Gejala sarat tersebuf seperti ataxia, nystagmus, seizures, perubahan perilakun, dan hyperaesthesua.
Morbiditas dan Mortalitas
Virus FCoV ini memiliki angka morbiditas/ angka penularan dan mortalitas yang sangat tinggi. Sebagian besar kucing yang terinfeksi FIP tipe basah akan mengalami kematian terhitung 2 bulan dari munculnya gejala. Sedangkan pada FIP kering, beberapa kucing dapat bertahan hidup dalam hitungan bulan hingga tahun.
Diagnosa
| Rivalta Test menunjukan hasil positif. |
Pencegahan
Pencegahan penularan FIP dilakukan dengan melakukan pembatasan interaksi kucing dengan kucing liar maupun kucing lain yang sedang sakit. Peningkatan imunitas dengan memberikan makanan bergizi dan suplemen tambahan akan memperbaikin sistem imunitas hewan. Vaksinasi FIP dalam hal ini belum ada, sehingga pencegahan melalui pembatasan interaksi dan peningkatan imunitas memiliki nilai yang sangat tinggi.
Rutinlah mencuci tempat pakan, kandang, box litter, tempat minum, dan lingkungan sekitar menggunakan sabun/ detergen. Virus ini akan cepat mati karena pembersihan menggunakan detergen. Detergent akan meluruhkan struktur amplop virus dan virus menjadi inaktif.
dikutip dari Feline Infectious Peritonitis milik Katrin Hartmann dkk.



Post a Comment for "Feline Infectious Peritonitis (FIP) berasal dari Feline Coronavirus (FCoV) yang bermutasi"